Jakarta Tidak Masuk 10 Besar Kota Tersumbat Sedunia Lagi

Wah, ada kabar baik nih buat kamu yang tinggal di Jakarta! Menurut data terbaru TomTom Traffic Index, Jakarta tidak lagi masuk 10 besar kota tersumbat di dunia loh. Padahal pada tahun 2019 kemarin, ibukota Indonesia ini masih menduduki peringkat 7 dengan indeks kemacetan 53 persen. Posisinya terus menurun di tahun 2020, dengan indeks 36 persen. Kini, berdasarkan data TomTom, Jakarta berada di peringkat 31 dari 416 kota besar di 57 negara. Apakah ini pertanda bahwa kondisi lalu lintas Jakarta semakin membaik ya? Yuk kita simak fakta-fakta menariknya!

Jakarta Tidak Lagi Masuk Daftar 10 Kota Termacet Di Dunia

Bagi Anda yang tinggal di Jakarta, berita ini mungkin mengejutkan. Menurut data Indeks Lalu Lintas TomTom tahun 2020, Jakarta tidak lagi masuk daftar 10 kota tersumbat di dunia. Ibukota Indonesia ini menduduki peringkat 31 dari 416 kota besar di 57 negara.

Tahun lalu, Jakarta masih berada di posisi ketujuh dengan indeks 53 persen. Posisinya terus menurun pada 2020 dengan indeks 36 persen. Artinya, kondisi kemacetan di Jakarta sudah membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Volume Kendaraan Berkurang Selama Pandemi

Salah satu penyebab utama penurunan tingkat kemacetan di Jakarta adalah berkurangnya volume kendaraan selama pandemi COVID-19. Pembatasan sosial dan penutupan sejumlah tempat kerja menyebabkan banyak orang lebih memilih bekerja dan belajar dari rumah.

Peningkatan Infrastruktur Transportasi

Pemerintah DKI Jakarta juga terus berupaya meningkatkan infrastruktur transportasi di Ibukota. Sejumlah proyek MRT, LRT, dan jalan layang telah rampung dan beroperasi. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih menggunakan angkutan umum.

Dengan berkurangnya kendaraan pribadi dan semakin baiknya infrastruktur transportasi, tingkat kemacetan di Jakarta diprediksi akan terus membaik pada tahun-tahun mendatang. Tentunya, hal ini menjadi kabar gembira bagi warga Jakarta yang selama ini ‘tersekap’ dalam kemacetan panjang setiap harinya.

Data Dari TomTom Traffic Index Tentang Kemacetan Di Jakarta

Nah, berdasarkan data terbaru TomTom Traffic Index, kamu bisa bernapas lega karena Jakarta tidak masuk 10 besar kota paling macet di dunia lagi loh. Di tahun 2019, ibukota Indonesia ini berada di posisi ketujuh dengan indeks 53 persen. Posisinya terus menurun di tahun 2020, dengan indeks 36 persen.

Menurut data TomTom Traffic Index, Jakarta kini berada di posisi ke-31 dari 416 kota besar di 57 negara. Hal ini menandakan bahwa upaya pemerintah dalam mengurangi kemacetan di Jakarta mulai membuahkan hasil. Beberapa inisiatif seperti pengembangan transportasi umum, pembatasan kendaraan pribadi di jalan protokol, hingga pembangunan jalan layang sudah berkontribusi dalam mengurangi tingkat kemacetan.

Meski begitu, jangan senang dulu. Volume kendaraan di Jakarta masih sangat padat, sehingga tingkat kemacetan masih cukup tinggi. Kita perlu terus berupaya mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan meningkatkan kualitas transportasi umum agar Jakarta bisa lebih nyaman dan mobilitas warganya lebih lancar.

Sekarang saatnya kita memanfaatkan hasil perbaikan ini dan nikmati Jakarta yang lebih longgar dari sebelumnya. Tidak perlu takut lagi keluar rumah dan yang paling penting, hidup kita bisa lebih produktif karena lebih banyak waktu dihabiskan di jalan. Yuk, manfaatkan waktumu lebih efisien dan jadikan Jakarta tempat yang lebih menyenangkan untuk ditinggali!

Penurunan Indeks Kemacetan Jakarta Dari Tahun Ke Tahun

2019: Peringkat Ketujuh

Pada tahun 2019, Jakarta menempati peringkat ketujuh kota tersumbat di dunia menurut Indeks Lalu Lintas TomTom dengan indeks 53 persen. Artinya, waktu perjalanan rata-rata di Jakarta memakan waktu 53 persen lebih lama dibandingkan jika jalanan dalam kondisi bebas macet. Tingginya angka ini menunjukkan bahwa kemacetan di Ibu Kota sangat parah pada tahun tersebut.

2020: Peringkat 31

Setahun kemudian, posisi Jakarta terus menurun menjadi peringkat 31 dari 416 kota besar di 57 negara dengan indeks 36 persen. Meskipun demikian, angka tersebut masih tergolong tinggi dan menunjukkan bahwa masalah kemacetan di Jakarta masih jauh dari selesai.

2021: Peringkat 44

Pada tahun 2021, Jakarta kembali mengalami penurunan indeks kemacetan sebesar 32 persen dan menempati peringkat ke-44. Penurunan indeks kemacetan ini menandakan upaya Pemprov DKI dalam menangani kemacetan mulai membuahkan hasil, meskipun Jakarta masih termasuk kota dengan tingkat kemacetan cukup tinggi.

Beberapa faktor yang berkontribusi pada penurunan indeks kemacetan Jakarta antara lain penambahan jumlah angkutan umum massal, pembatasan kendaraan pribadi di jalan protokol, pembangunan underpass dan flyover, serta normalisasi saluran air dan trotoar. Kebijakan one way juga turut membantu mengurangi kepadatan kendaraan di jalan raya.

Meski demikian, Pemprov DKI perlu terus berupaya menyempurnakan sistem angkutan umum, membangun jalan layang dan bawah tanah, serta menerapkan kebijakan ganjil-genap dan zonasi parkir yang lebih ketat. Dengan berbagai upaya ini, diharapkan indeks kemacetan di Ibu Kota dapat

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkurangnya Kemacetan

Volume Kendaraan Berkurang

Dengan banyak orang yang bekerja dari rumah selama pandemi, jumlah kendaraan di jalanan Jakarta secara signifikan jordan188 berkurang. Ini berarti lebih sedikit kemacetan di jalan dan lebih mudah untuk bepergian di sekitar kota. Diperkirakan volume kendaraan turun hingga 30-50% selama pandemi. Saat pembatasan mulai dilonggarkan, volume kendaraan di jalanan mulai meningkat lagi, jadi kita harus melihat apakah tingkat kemacetan akan kembali seperti sebelumnya.

Perbaikan Infrastruktur

Pemerintah telah menggunakan waktu selama pandemi untuk memperbaiki dan mengembangkan infrastruktur transportasi di Jakarta, termasuk memperlebar jalan, membangun terowongan baru dan menambah jalur bus khusus. Hal ini membantu mengurangi kemacetan dengan memberikan lebih banyak ruang untuk kendaraan dan opsi transportasi umum yang lebih baik.

Penggunaan Transportasi Umum Meningkat

Lebih banyak orang yang menggunakan angkutan umum selama pandemi karena khawatir tentang paparan COVID-19 di dalam mobil pribadi. Peningkatan penggunaan transportasi umum seperti bus, kereta dan sepeda berbagi dapat membantu mengurangi jumlah kendaraan di jalan dan mengurangi kemacetan.

Dengan peningkatan kasus COVID-19 yang terus berlanjut, kita harus melihat apakah tren ini akan berlanjut. Jika ya, ini adalah berita baik untuk kemacetan di Jakarta. Tetapi jika pembatasan longgar dan orang kembali menggunakan kendaraan pribadi, tingkat kemacetan mungkin akan naik lagi. Kita hanya bisa menunggu dan melihat bagaimana hal itu berkembang.

Apa Yang Bisa Dilakukan Pemerintah Untuk Mengurangi Kemacetan Lebih Lanjut

Untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta lebih lanjut, pemerintah harus mengambil langkah-langkah proaktif. Salah satu langkah penting adalah memperbaiki infrastruktur transportasi umum. ###Memperluas jaringan kereta bawah tanah Jakarta bisa memperluas jaringan MRT dan LRT untuk mengalihkan lebih banyak orang dari kendaraan pribadi. Hal ini akan membantu mengurangi kemacetan di jalan dan polusi udara.

Meningkatkan bus umum

Pemerintah juga perlu meningkatkan layanan bus umum dengan menambah rute, meningkatkan frekuensi bus, dan menurunkan harga tiket. Ini akan membuat bus menjadi pilihan transportasi yang lebih menarik bagi warga Jakarta. Pemerintah perlu bekerja sama dengan operator bus swasta untuk menyediakan layanan yang lebih baik.

Membatasi kendaraan pribadi di pusat kota

Pemerintah bisa mempertimbangkan membatasi kendaraan pribadi di pusat kota, terutama di jam sibuk. Ini telah dilakukan di kota-kota besar lainnya untuk mengurangi kemacetan. Sistem ganjil-genap yang ada saat ini perlu diperluas untuk mencakup lebih banyak jalan dan jam.

Memperbaiki manajemen lalu lintas

Akhirnya, pemerintah perlu terus memperbaiki sistem manajemen lalu lintas dengan menggunakan teknologi canggih seperti kamera pengawas dan sensor untuk memantau arus lalu lintas secara real-time. Lampu lalu lintas yang cerdas dapat disesuaikan untuk mengurangi kemacetan. Dengan langkah-langkah ini, Jakarta dapat terus menurunkan tingkat kemacetannya dan meningkatkan kualitas hidup warganya.

Conclusion

Jadi begitulah, walaupun Jakarta sudah tidak masuk 10 besar kota tersumbat lagi, tapi kemacetan masih jadi masalah besar yang harus ditangani. Memang ada kemajuan, tapi kita tidak boleh puas dulu. Masih banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemacetan, seperti perbaikan infrastruktur dan transportasi umum. Jangan berhenti berusaha. Dengan kerja keras dan tekad bulat, kita pasti bisa membuat Jakarta menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali.